Sejarah Walisongo Oleh : Prof. Dr. Ir. Hasanu Simon IV
BAB IV
Walisongo
Sekali lagi
kisah Walisongo penuh dengan cerita-cerita yang sarat dengan mistik.
Namun Widji
Saksono dalam bukunya “Mengislamkan Tanah Jawa” telah menyajikan analisis yang
memenuhi syarat keilmuan. Widji Saksono tidak terlarut dalam cerita mistik itu,
memberi bahasan yang memadai tentang hal-hal yang tidak masuk akal atau yang
bertentangan dengan akidah Islamiyah.
Widji
Saksono cukup menonjolkan apa yang dialami oleh Raden Rachmat dengan dua
temannya ketika dijamu oleh Prabu Brawidjaja dengan tarian oleh penan putri
yang tidak menutup aurat.
Melihat itu
Raden Rachmat selalu komat-kamit, tansah ta’awudz. Yang dimaksudkan pemuda
tampan terus istighfar melihat putri-putri cantik menari dengan sebagian
auratnya terbuka.
Namun para
pengagum Walisongo akan “kecelek” (merasa tertipu, red) kalau membaca tulisan
Asnan Wahyudi dan Abu Khalid. Kedua penulis menemukan sebuah naskah yang
mengambil informasi dari sumber orisinil yang tersimpan di musium Istana
Istambul, Turki.
Menurut
sumber tersebut, ternyata organisasi Walisongo dibentuk oleh Sultan Muhammad I.
Berdasarkan
laporan para saudagar Gujarat itu, Sultan Muhammad I lalu ingin mengirim tim
yang beranggotakan sembilan orang, yang memiliki kemampuan di berbagai bidang,
tidak hanya bidang ilmu agama saja..
Untuk itu
Sultan Muhammad I mengirim surat kepada pembesar di Afrika Utara dan Timur
Tengah, yang isinya minta dikirim beberapa ulama yang mempunyai karomah.
Berdasarkan
perintah Sultan Muhammad I itu lalu dibentuk tim beranggotakan 9 orang untuk
diberangkatkan ke pulau Jawa pada tahun 1404.
Tim tersebut
diketuai oleh Maulana Malik Ibrahim yang merupakan ahli mengatur negara dari
Turki. Berita ini tertulis di dalam kitab Kanzul ‘Hum karya Ibnul Bathuthah,
yang kemudiah dilanjutkan oleh Syekh Maulana Al Maghribi.
Secara
lengkap, nama, asal dan keahlian 9 orang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari
Turki, ahli mengatur negara.
2. Maulana Ishaq, berasal dari
Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari
Mesir.
4. Maulana Muhammad Al Maghrobi,
berasal dari Maroko.
5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki,
ahli mengatur negara.
6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari
Persia (Iran), ahli pengobatan.
7.. Maulana Hasanudin, dari Palestina.
8. Maulana Aliyudin, dari Palestina..
9. Syekh Subakir, dari Iran, Ahli
menumbali daerah yang angker yang dihuni jin jahat (??).
Dengan
informasi baru itu terjungkir-baliklah sejarah Walisongo versi Jawa.
Ternyata
memang sejarah Walisongo versi non-Jawa, seperti telah disebutkan di muka,
tidak pernah diekspos, entah oleh Belanda atau oleh siapa, agar orang Jawa,
termasuk yang memeluk agama Islam, selamanya terus dan semakin tersesat dari
kenyataan yang sebenarnya.
Dengan
informasi baru itu menjadi jelaslah apa sebenarnya Walisongo itu.
Walisongo
adalah gerakan berdakwah untuk menyebarkan Islam. Oleh karena gerakan ini
mendapat perlawanan dengan gerakan yang lain, termasuk gerakan Syekh Siti
Jenar.
Latar
Belakang Gerakan Syekh Siti Jenar
Tulisan
tentang Syekh Siti Jenar sebenarnya hanya bersumber pada satu tulisan saja,
yang mula-mula tanpa pengarang. Tulisan yang ada pengarangnya juga ada,
misalnya Serat Sastro Gendhing oleh Sultan Agung. Buku berjudul Ajaran Syekh
Siti Jenar karya Raden Sosrowardojo yang menjadi buku induk karya Dr Abdul
Munir Mulkhan itu sebenarnya merupakan gubahan atau tulisan ulang dari buku
dengan judul yang sama karya Ki Panji Notoroto.
Nama Panji
Notoroto adalah samaran mantan Adipati Mataram penganut berat ajaran Syekh Siti
Jenar. Ki Panji Notoro memberi informasi menarik, bahwa rekan-rekan Adipati
seangkatannya ternyata tidak ada yang dapat membaca dan menulis.
Ini
menunjukkan bahwa setelah era Demak Bintoro, nampaknya pendidikan klasikal di
masyarakat tidak berkembang sama sekali.
Memahami Al
Qur’an dan Hadits tidak mungkin kalau tidak disadari dengan ilmu. Penafsiran Al
Qur’an tanpa ilmu akan menghasilkan hukum-hukum yang sesat belaka.
Itulah
nampaknya yang terjadi pada era pasca Demak, yang kebetulan sejak Sultan
Hadiwidjojo agama yang dianut kerajaan adalah agama manunggaling kawulo Gusti.
Di samping
masalah pendidikan, sejak masuknya agama Hindu di Jawa ternyata pertentangan
antar agama tidak pernah reda. Hal ini dengan jelas ditulis di dalam Babad
Demak. Karena pertentangan antar agama itulah Mataram Hindu runtuh (telah
diterangkan sebelumnya).
Sampai
dengan era Singasari, masih ada tiga agama besar di Jawa yaitu Hindu, Budha dan
Animisme yang juga sering disebut Agama Jawa. Untuk mencoba meredam
pertentangan agama itu, Prabu Kertonegoro, raja besar dan terakhir Singasari,
mencoba untuk menyatukannya dengan membuat agama baru disebut agama Syiwa-Boja.
Syiwa mewakili agama Hindu, Bo singkat Buda dan Ja mewakili agama Jawa.
Nampaknya
sintesa itulah yang, ditiru oleh politik besar di Indonesa akhir decade 1950-an
dulu, Nasakom. Dengan munculnya Islam sebagai agama mayoritas baru, banyak
pengikut agama Hindu, Budha dan Animisme yang melakukan perlawanan secara tidak
terang-terangan.
Mereka lalu
membuat berbagai cerita, misalnya Gatholoco, Darmogandhul, Wali Wolu
Wolak-walik, Syekh Bela Belu, dan yang paling terkenal Syekh Siti Jenar.
Untuk yang
terakhir itu kebetulan dapat di-dhompleng- kan kepada salah satu anggota
Walisongo yang terkenal, yaitu Sunan Kalijogo seperti telah disebutkan di muka.
Jadi Syekh
Siti Jenar sebenarnya hanya sebuah gerakan anti reformasi, anti perubahan dari
Hindu-Budha- Jawa ke Islam.
Oleh karena
itu isi gerakan itu selalu sinis terhadap ajaran Islam, dan hanya diambil
potongan-potongannya yang secara sepintas nampak tidak masuk akal.
Potongan-potongan ini banyak sekali disitir oleh Dr Abdul Munir Mulkhan tanpa
telaah yang didasarkan pada dua hal, yaltu logika dan aqidah.
Pernyataan-pernyataan
Masalah
pernyataan yang dibuat oleh penulis buku ini telah saya singgung di muka.
Banyak sekali pernyataan yang saya sebagai muslim ngeri membacanya, karena buku
ini ditulis juga oleh seorang muslim, malah Ketua sebuah organisasi Islam
besar.
Misalnya
pernyataan yang menyebutkan: “ngurusi” Tuhan, semakin dekat dengan Tuhan semakin
tidak manusiawi, kelompok syariah yang dibenturkan dengan kelompok sufi, orang
beragama yang mengutamakan formalitas, dan sebagainya.
Setahu saya
dulu pernyataan seperti itu memang banyak diucapkan oleh orang-orang dari
gerakan anti Islam, termasuk orang-orang dari Partai Komunis Indonesia yang
pernah menggelar kethoprak dengan lakon “Patine Gusti Allah” (matinya
Allah,red) di daerah Magelang tahun 1965-an awal.
Bahkan ada
pernyataan yang menyebutkan bahwa syahadat, sholat, puasa, membayar zakat dan
menunaikan ibadah haji itu tidak perlu. Yang penting berbuat baik untuk
kemanusiaan.
Ini jelas
pendapat para penganut agama Jawa yang sedih karena pengaruhnya terdesak oleh
Islam. Rosululloh juga tidak mengajarkan pelaksanaan ibadah hanya secara
formalistik, secara ritual saja. Dengan Islam mengajarkan kepada penganutnya
untuk berbuat baik, karena kehidupan muslimin harus memenuhi dua aspek, yaitu
hablum minannaas wa hablum minalloh.
Di dalam
buku, seperti saya sebutkan, hendaknya pernyataan disusun sedemikian rupa untuk
membangun sebuah misi atau pengertian.
Apa
sebenarnya misi yang akan dilakukan oleh Dr Abdul Munir Mulkhan dengan menulis
buku Syekh Siti Jenar itu. Buku ini juga dengan jelas menyiratkan kepada
pembaca bahwa mempelajari ajaran Syekh Siti Jenar itu lebih baik dibanding
dengan mempelajari fikih atau syariat.
Islam tidak
mengkotak-kotakkan antara fikih, sufi dan sebagainya. Islam adalah satu, yang
karena begitu kompleksnya maka orang harus belajar secara bertahap. Belajar
syariah merupakan tahap awal untuk mengenal Islam.
Penulis juga
membuat pernyataan tentang mengkaji Al Qur’an. Bukan hanya orang Islam dan
orang yang tahu bahasa Arab saja yang boleh belajar Qur’an.
Di sini
nampaknya penulis lupa bahwa untuk belajar Al Qur’an, ada dua syarat yang harus
dipenuhi, yaitu muttaqien (Al Baqoroh ayat 2) dan tahu penjelasannya, yang
sebagian telah dicontohkan oleh Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Jadi
sebenarnya boleh saja siapapun mengkaji Al Qur’an, tetapi tentu tidak boleh
semaunya sendiri, tanpa melewati dua rambu penting itu. Oleh karena itu saya
mengajak kepada siapapun, apalagi yang beragama Islam, untuk belajar Al Qur’an
yang memenuhi kedua syarat itu, misalnya kepada Ustadz Umar Budiargo, ustadz
Mustafa Ismail, dan banyak lagi, khususnya alumni universitas Timur Tengah.
Jangan
belajar Al Qur’an dari pengikut ajaran Syekh Siti Jenar karena pasti akan
tersesat sebab Syekh Siti Jenar adalah gerakan untuk melawan Islam.
CATATAN
KECIL :
Untuk
mengakhiri tanggapan saya, saya sampaikan beberapa catatan kecil pada buku
Syekh Siti Jenar karya Dr Abdul Munis Mulkhan ini :
1. Banyak kalimat yang tidak sempurna,
tidak mempunyai subyek misalnya. Juga banyak kalimat yang didahului dengan kata
sambung.
2. Banyak pernyataan yang terlalu
sering diulang-ulang sehingga terkesan mengacaukan sistematika penulisan.
3. Bab Satu
diakhiri dengan Daftar Kepustakaan, Bab lain tidak, dan buku ini ditutup dengan
Sumber Pustaka. Yang tercantum didalam Daftar kepustakaan Bab Satu hampir sama
dengan yang tercantum dalam Sumber Pustaka.
4. Cara
mensitir penulis tidak konsisten, contoh dapat dilihat pada halaman II yang
menyebut: ……. sejarah Islam (Madjld, Khazanah, 1984), dan di alinea berikutnya
tertulis:… …. Menurut Nurcholish Madjld (Khazanas, 1984, hlm 33).
5. Bab Keempat,
seperti diakui oleh penulis, merupakan terjemahan buka karya Raden Sosrowardoyo
yang pernah ditulis di dalam buku dengan judul hampir sama oleh penulis. Di
dalam buku ini bab tersebut mengambil hampir separoh buku (halaman 179-310).
Karena pernah ditulis, sebenarnya di sini tidak perlu ditulis lagi melainkan
cukup mensitir saja. Beberapa catatan ini memang kecil, tetapi patut
disayangkan untuk sebuah karya dari seorang pemegang gelar akademik tertinggi,
Doktor.
Demikianlah
tanggapan saya, kurang lebihnya mohon dima’afkan. Semoga yang saya lakukan
berguna untuk berwasiat-wasitan (saling menasehati,red) didalam kebenaran
sesuai dengan amanat Alloh Subhanahu Wa Ta’ala di dalam surat Al-’Ashr
Aamiin.
0 komentar:
Kami Tunggu Respon Anda
Bagaimana pendapat anda tentang artikel ini???